Jembatan Bantar merupakan jembatan
yang menghubungkan Kecamatan Sedayu,Bantul dengan Kecamatan Sentolo,Kulonprogo.
Dibawah Jembatan Bantar ini terdapat sebuah sungai yang mengalir dari Jawa
Tengah dengan Jogjakarta. Jembatan Bantar juga menghubungkan Jalan
Raya Yogya-Wates-Purworejo. jembatan bantar terdiri 3 jembatan,
tetapi yang masih berfungsi dan biasa di lalui oleh kendaraan hanya ada 2 dan 1
jembatan yang sudah tidak berfungsi lagi yaitu jembatan bantar lama peninggalan
penjajahan. Jembatan Bantar juga terdiri dari 2 Jembatan baru dan 1 Jembatan
lama. Jembatan baru tersebut difungsikan untuk meambah jalur dan juga sebagai
pengganti jembatan 3 atau jembatan lama yang sudah tidak layal pakai.Untuk jembatan
yang masih bisa berfungsi jembatan tersebut dibagi menjadi duajalur. Untuk
jembatan 1 untuk para kendaraan memasuki kabupaten Kulonprogo. Untuk jembatan
kedua atau Jembatan baru digunakan untuk jalan keluar dari Kabupaten
Kulonprogo.Walaupun salah satu jembatan sudah jarang digunakan,namun jembatan
itutetap menjadi primadona bagi pejalan kaki atau pengendara yang ingin
meluangkan waktunya untuk berselfie ria.
Jembatan
Bantar lama ini memiliki panjang kira - kira 220 meter dengan lebar sekitar 5 meter
dan ketinggian dari aliran sungai progo sekitar 25 meter. Jembatan Bantar lama
terdiri atas bentangan baja yang bertumpu pada tiang beton bertulang yang
ditanam di ruas sungai. Konstruksi baja ini diperkuat dengan bentangan kawat
baja pilin dengan diameter sekitar 5 cm. Bentangan kawat baja yang menjadi
penyangga beban gantung atau tekan ini berjumlah 9 buah pada masing-masing sisi
jembatan. Jadi keseluruhan kawat baja berjumlah 18 buah.Jembatan ini menjadi
tempat perlawanan rakyat mempertahankan kemerdekaan. Perlawanan ini
dipicu keputusan Belanda membatalkan gencatan senjata kemudian menyerang
lapangan terbang Maguwo dan kota Yogyakarta pada 19 Desember
1948. Serangan Belanda sedikit demi sedikit merangsek ke barat mencapai
daerah Demak Ijo dan di hari yang sama kota Yogyakarta sudah dapat
dikuasai Belanda. Kulonprogo yang menjadi daerah dengan akses luas ke Jawa
Tengah dan Jawa Barat tak luput dari perhatian Belanda. Menurut Belanda jika
Jembatan Bantar dapat dikuasai maka lambat laun kota Wates yang saat itu masih
menjadi pusat wilayah Kabupaten Adikarta dan Sentolo yang menjadi ibukota
Kabupaten Kulonprogo dapat segera dikuasai.
Hanya delapan
hari sejak Belanda menyerang lapangan udara Maguwo, Belanda berhasil merangsek
ke wilayah Bantul yang berbatasan dengan Kulonprogo. Tepatnya pada 27 Desember
1948 Jembatan Bantar jatuh ke tangan Belanda. Belanda menggunakan rumah salah
satu warga bantar untuk dijadikan markasnya. Setelah berhasil menguasai Desa
Bantar, Belanda membakar sejumlah rumah, membuat lubang persembunyian dan
memasang kawat tajam. Dapur umum dan persenjataan begitu lengkap diletakan di
sebelah timur sungai dengan anggota sekitar 81 orang. Di barat sungai atau di
wilayah Kulonprogo hanya terdapat sekitar 30 tentara yang berjaga. Begitu
mengetahui tentara Belanda sudah memasuki daerah Sedayu maka pihak militer
memerintahkan untuk melakukan pembumihangusan kantor dan rumah serta penjebolan
jembatan di seputar Wates dan Sentolo. Tujuannya agar Belanda tidak
memanfaatkan bangunan dan menyulitkan tentara musuh memasuki kota Wates dan
Sentolo.
Sign up here with your email
ConversionConversion EmoticonEmoticon